Senin, 09 Mei 2011

Laporan Fisiologi Berat Jenis Urine

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ginjal berfungsi untuk mengatur jumlah air di dalam tubuh agar sesuai dengan kebutuhan. Jika air dalam tubuh berlebih, maka ginjal akan mengeluarkan air lebih banyak. Jika kekurangan akan ditahan. Selain itu, ginjal juga berfungsi untuk mengeluarkan racun yang diproduksi tubuh.

Air merupakan sumber kehidupan dan komponen terbesar dalam tubuh. Oleh karena itu keberadaannya harus diatur sedemikian rupa. Cara mudah mengetahui fungsi ginjal adalah dengan melihat jumlah urin yang keluar. Dalam keadaan normal, urin berjumlah 1000-1500 cc dalam 24 jam untuk pria dan wanita. Pemeriksaan yang lebih ilmiah juga dapat dilakukan dengan memeriksa kadar kreatinin dalam darah. Kreatinin adalah zat yang hanya dibuang oleh ginjal, bukan organ tubuh lainnya. Jika zat tersebut naik, maka fungsi ginjal pun harus diwaspadai.

Kadar kreatinin dalam darah sebenarnya dapat dikondisikan. Jika kita kurang mengkonsumsi air putih dan kadar kreatinin naik, maka ada gangguan di dalam ginjal.

Warna urin tidak dapat dijadikan patokan karena terkadang menipu, hal tersebut terkait dengan banyaknya kita mengkonsumsi air minum. Jika kita minum banyak, maka urin berwarna jernih. Begitu pula sebaliknya.

Ginjal yang terganggu dapat menyebabkan penyakit pada ginjal dan di luar ginjal, yang seringkali menjadi sebab terganggunya fungsi ginjal. Misalnya: Diabetes, batu ginjal, dan lain sebagainya. Terganggunya fungsi ginjal juga berdampak pada semua sistem dalam tubuh, darah berkurang, kulit gatal, pencernaan terganggu sehingga mengakibatkan mual, muntah, tidak dapat makan, serta paru tertimbun air karena air tidak dapat keluar. (1)

B. Tujuan

1. Mengukur berat jenis urine.

2. Melihat fungsi ginjal dalam pemekatan dan pengenceran urine.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fungsional Ginjal

Ginjal seseorang seukuran kepalan tinju. Jika dicermati secara melintang, ginjal mudah dibagi menjadi dua wilayah yaitu korteks dan medula. Darah, limfatik, dan suplai saraf yang masuk ginjal melalui hilus bersama-sama dengan Ureter, yang membawa urin dari ginjal ke kandung kemih, dimana disimpan sampai dikosongkan dengan buang air kecil.

Dalam ginjal manusia, medula berakhir di beberapa struktur kerucut yang disebut papila. Pelvis ginjal pada dasarnya adalah perpanjangan ureter. Hal ini dibagi menjadi struktur berbentuk cangkir yang disebut calyxes papilla yang mengelilingi masing-masing dan membawa kotoran urin ke ureter.

Sebuah lapisan jaringan ikat disebut kapsult, yang melindungi parenkim lebih lembut, meliputi ginjal. Sekitar 1 juta nefron sebagian besar terdapat pada parenkim di masing-masing ginjal manusia. Nefron merupakan unit fungsional yang menghasilkan ultrafiltrate awal plasma pada titik asalnya dalam glomerulus dan memodifikasi ultrafiltrate oleh proses reabsorpsi dan sekresi untuk mengendalikan laju ekskresi zat terlarut dan air.(2 :334)

Tiga mekanisme fungsi utama ginjal yaitu :

(1) Besar jumlah air dan zat terlarut disaring dari darah.

(2) Urin primer memasuki tubulus, di mana sebagian besar diserap kembali, dengan kata lain, ia keluar dari tubulus dan melewati kembali ke dalam darah.

(3) Zat tertentu (misalnya, racun) tidak hanya tidak diserap tetapi juga secara aktif disekresi ke dalam tubulus lumen. Non-diserap kembali filtrat residual dikeluarkan bersama-sama dengan zat yang dikeluarkan dalam urin akhir.

Fungsi ginjal adalah sebagai berikut : (3 : 148)

(1) Menyesuaikan garam dan ekskresi air untuk menjaga konstan ekstraselular
fluida volume dan osmolalitas;

(2) Membantu untuk mempertahankan homeostasis asam-basa;

(3) Menghilangkan produk akhir metabolisme dan zat asing;

(4) Mempertahankan senyawa berguna (misalnya, glukosa) oleh reabsorpsi;

(5) Memproduksi hormon (misalnya, erythropoietin) dan hormon aktivator (renin), dan

(6) Fungsi metabolisme (katabolisme protein dan peptida, glukoneogenesis, dll).

B. Prinsip Dasar Osmosis dan Tekanan Osmotik

Osmosis adalah difusi netto cairan yang menyeberangi membran permeabel selektif dari tempat yang konsentrasi airnya tinggi ke tempat yang konsentrasinya tinggi ke tempat yang konsentrasi airnya lebih rendah. Bila suatu zat terlarut ditambahkan pada air murni, zat ini akan menurunkan konsentrasi air dalam campuran. Jadi, semakin tinggi konsentrasi zat terlarut dalam suatu larutan, semakin rendah konsentrasi airnya. Selanjutnya, cairan berdifusi dari daerah dengan konsentrasi zat terlarut yang tinggi (konsentrasi air yang rendah).

Osmolalitas dan Osmolaritas. Konsentrasi osmol suatu larutan disebut osmolalitas bila konsentrasi dinyatakan sebagai osmol per kilogram air; dan disebut osmolaritas bila dinyatakan sebagai osmol per liter larutan. Pada larutan encer seperti cairan tubuh, kedua istilah ini dapat digunakan hampir secara sinonim karena perbedaannya kecil.

Tekanan osmotik. Osmosis molekul air yang melintasi membran permeabel selektif dapat dihambat dengan memberi tekanan yang berlawanan arah dengan osmosis. Besar tekanan yang dibutuhkan untuk mencegah osmosis disebut tekanan osmotik. Karenanya, tekanan osmotik adalah pengukuran tak langsung air dan konsentrasi zat terlarut pada larutan. Semakin tinggi tekanan osmotik suatu larutan, semakin rendah konsentrasi air dan konsentrasi zat terlarut semakin tinggi.(4 : 296)

C. Pengaruh Gangguan Fungsi Ginjal

Ada beberapa kelaianan yang umum terjadi pada beberapa penyakit ginjal. Sering kali pada beberapa jenis penyakit ginjal ditemukan adanya protein dalam urine, lekosit, sel darah merah dan silinder, yaitu potongan-potongan protein yang mengendap di tubulus dan di dorong oleh urine ke dalam vesika urinaria. Akibat penyakit ginjal lainnya yang juga penting ialah hilangnya kemampuan pemekatan atau pengenceran urine, uremia, asidosis, dan retensi Na+ abnormal.

1) Proteinuria

Pada beberapa penyakit ginjal dan pada kelainan ginjal tidak berbahaya, permeabilitas kapiler glomerulus meningkat, dan protein dapat ditemukan di urine dalam jumlah yang lebih besar daripada normal (proteinuria). Sebagian besar protein ini berupa albumin, dan kelainan ini biasanya disebut albuminuria.

2) Hilangnya kemampuan pemekatan dan pengenceran.

Pada penyakit ginjal, urine yang terbentuk mungkin kurang pekat dan volumenya sering bertambah, yang menimbulkan gejala-gejala poliuria dan nokturia (bangun malam untuk berkemih) kemampuan untuk membentuk urine encer sering kali tetap ada, tetapi pada penyakit ginjal yang lanjut, oslmolalitas urine menetap kira-kira sama dengan plasma, yang menunjukkan bahwa fungsi pengenceran dan pemekatan ginjal sudah tidak ada lagi. Kehilangan ini sebagian disebabkan oleh kerusakan pada mekanisme countercurrent, tetapi penyebab yang lebih penting ialah rusaknya nefron-nefron yang berfungsi.

3) Uremia

Bila hasil metabolisme protein menumpuk di dalam darah akan menimbulkan gejala yang disebut uremia. Gejala uremia antara lain letargia, anoreksia, mual dan muntah, deteriorasi mental dan kebingungan, kedutan otot, kejang-kejang, dan akhirnya koma.

4) Asidosis

Asidosis sering ditemukan pada penyakit ginjal menahun akibat penurunan kemampuan ginjal untuk mengeksresikan asam-asam hasil pencernaan dan metabolisme.

5) Gangguan metabolisme Na+

Sering kali pada penderita penyakit ginjal ditemukan adanya retensi Na+ yang berlebihan yang disertai edema.(5 : 696)

D. Berat Jenis Urine dan Tes Fungsi Ginjal

Berat jenis urine tergantung dari jumlah zat yang terlarut di dalam urine atau terbawa di dalam urine. Berat jenis plasma (tanpa protein) adalah 1010. Bila ginjal mengencerkan urine (misalnya sesudah minum air) maka berat jenisnya kurang dari 1010. Bila ginjal memekatkan urine (sebagaimana fungsinya) maka berat jenis urine naik di atas 1010. Daya pemekatan ginjal diukur menurut berat jenis tertinggi yang dapat dihasilkan, yang seharusnya dapat lebih dari 1025.

Tes fungsi ginjal. Terdapat banyak macam tes, tetapi beberapa yang sederhana ialah :

1) Tes untuk protein (albumin). Bila ada kerukan pada glomeruli atau tubula, maka protein dapat membocor masuk urine.

2) Mengukur konsentrasi urea darah. Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan ureum maka ureum darah naik di atas kadar normal 20-24 mg per 100 ccm darah. Karena filtrasi glomerulus harus menurun sampai sebanyak 50 persen sebelum kenaikan urea darah terjadi, maka tes ini bukan tes yang sangat peka.

3) Tes konsentrasi. Dilarang makan atau minum selama 12 jam untuk melihat sampai berapa tinggi berat jenis naik.(6 : 249)

E. Proses Pembentukan Urine

Terdapat tiga proses penting yang berhubungan dengan proses pembentukan urine, yaitu:

1. Filtrasi (Penyaringan)

Kapsula bowmen dari dalam malphigi menyaring darah dalam glomelurus yang mengandung air, garam, gula, urea, dan zat bermolekul besar (protein dan sel darah) sehingga dihasilkan filtrat glomelurus (Urine Primer). Di dalam filtrat ini terlarut zat yang masih berguna bagi tubuh maupun zat yang tidak berguna bagi tubuh, misalnya glukosa, asam amino, dan garam-garam.

2. Reabsorpsi (Penyerapan Kembali)

Dalam tubulus kontortus proksimal dalam urine primer yang masih berguna akan direabsorpsi yang dihasilkan oleh filtrat tubulus (Urine Sekunder) dengan kadar urea yang tinggi.

3. Eksresi (Pengeluaran)

Dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darah menambahkan zat lain yang tidak dipergunakan dan terjadi reabsorpsi aktif ion NA+ dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Ditempat ini sudah terbentuk urine yang sesungguhnya yang tidak terdapat glukosa dan protein lagi, selanjutnya akan disalurkan ke tubulus kolektifus ke pelvis renalis.

Dari kedua ginjal, urine dialirkan oleh pembuluh ureter ke kandung urine (Vesica Urinaria) kemudian melalui uretra, urine dikeluarkan dari tubuh. Hewan yang menghasilkan zat sisa dalam bentuk amonia, urea, dan asam urat, berturut-turut disebut amonotelik, ureotelik, dan urikotelik.(7)

F. Mekanisme Pemekatan dan Pengenceran Urine.

Bila terdapat kelebihan air dalam tubuh, ginjal dapat mengeluarkan urin encer sebanyak 20 L/hari, dengan konsentrasi sebesar 50 mOsm/L. Ginjal melakukan tugas yang hebat ini dengan mereabsorpsi zat terlarut terus menerus dan pada saat yang sama, tidak mereabsorpsi sejumlah besar air di nefron bagian distal, yang meliputi tubulus distal akhir dan duktus koligentes.

Bila terdapat kekurangan air dalam tubuh, ginjal membentuk urin pekat dan pada saat yang bersamaan juga meningkatkan reabsorpsi air dan menurunkan volume urin yang terbentuk. Ginjal manusia dapat memroduksi urin pekat dengan konsentrasi maksimal sebesar 1200-1400 mOsm/L, yaitu 4-5 kali osmolaritas plasma.

Hormon yang memengaruhi fungsi sistem urinarius yaitu :

1. Norepinefrin & Epinefrin

Hormon ini dilepaskan dari medula adrenal. Hormon ini memberi sedikit pengaruh pada hemodinamika ginjal, kecuali pada kondisi ekstrim, seperti pada pendarahan hebat. Hormon ini memberikan efek berupa konstriksi arteriol aferen dan eferen sehingga menurunkan GFR dan RBF.

2. Endotelin

Hormon ini dihasilkan oleh sel endotel vaskuler ginjal atau jaringan lain yang rusak. Jika pembuluh darah rusak, maka endotelnya pun akan rusak dan melepaskan endotelin. Hormon ini memiliki efek untuk vasokonstriktor kuat sehingga dapat mencegah hilangnya darah. Efeknya terhadap ginjal adalag menurunkan GFR.

3. Angiotensin II & Aldosteron

Angiotensin II dapat merangsang sekresi hormon aldosteron oleh korteks adrenal. Keduanya memainkan peranan penting dalam mengatur reabsorpsi natrium oleh tublus ginjal. Bila asupan natrium rendah, peningkatan kadar kedunya akan merangsang reabsorpsi natrium oleh ginjal sehingga dapat mencegah kehilangan natrium yang besar.

Sebaliknya, dengan asupan natrium yang tinggi, penurunan pembentukan kedua hormon ini memungkinkan ginjal mengeluarkan natrium dalam jumlah besar.

4. Prostaglandin & Bradikinin

Kedua hormon ini cenderung mengurangi efek vasokonstriktor ginja akibat aktivitas saraf simpatis, sehingga meningkatkan GFR.

5. Antidiuretik Hormon/ADH (Vasopresin)

ADH berperan dalam pengaturan konsentrasi urin, sehingga juga turut mengatur osmolaritas plasma dan konsenrasi natrium. Jika osmolaritas plasma meningkat di atas normal (zat terlarut dalam cairan tubuh terlaru pekat), kelenjar hipofisis posterior akan terangsang untuk menyekresikan ADH. ADH akan meningkatkan permeabilitas tubulus distal dan duktus koligentes terhada air sehingga meningkatkan reabsorpsi air dan mengurangi volume urin. Sebaliknya, jika terdapat kelebihan air di dalam tubuh (osmolaritas cairan ekstrasel menurun), sekresi ADH akan dikurangi. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya permeablitas tubulus distal & duktus koligentes terhadap air sehingga urin menjadi encer.

Saraf yang memengaruhi fungsi sistem urinarius yaitu :

a. Saraf utama yang memengaruhi fungsi sistem urinarius adalah saraf pelvis yang berasal dari pleksus sakralis dari segemen sakralis 2 & 3 medula spinalis. Saraf ini memiliki 2 bentuk persarafan, yaitu:

1. Serabut saraf sensorik

Serabut saraf sensorik mendeteksi derajat peregangan dalam kandung kemih, khususnya uretra posterior sehingga memicu refleks mikturisi.

2. Serabut saraf motorik

Serabut ini berperan sebagai serabut saraf parasimpatis yang berakhir di ganglion dalam dinding kandung kemih. Saraf ini berperan untuk menginervasi otot detrusor.

b. Serabut saraf lainnya adalah serabut motorik skeletal (melalui saraf pudendus) yang menginervasi dan mengatur otot rangka volunter sfingter eksterna uretra.

c. Persarafan simpatik berjalan melalui saraf hipogastrik yang berasal dari segmen lumbal 2 dari medula spinalis. Persarafan ini merangsang pembuluh darah dan meberi sedikit efek terhadap proses kontraksi kandung kemih.

d. Serabut saraf untuk sensasi rasa penuh dan nyeri.(8)


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Nama Percobaan

“Pemeriksaan Berat Jenis Urine”

B. Alat dan Bahan

a) Gelas penampung

b) Timbangan

c) Strip untuk urinalis (combistik)

d) Urinometer

e) Urine

f) Tabung reaksi

g) Aquadest

h) Spuit

i) Handscoon

j) Pinset

C. Prosedur Kerja

1. Kita menggunakan orang 2 orang coba percobaan.

2. Kedua orang coba urinenya di tampung pada tempat yang berbeda.

3. Pada orang pertama minum air sebanyak 500 ml tunggu selama 30 menit kemudian miksi kembali. Sedangkan orang kedua diminta beraktivitas fisik selama 30 menit tanpa minum air.

4. Ambil 4 cc urine dengan spuit masing-masing urine kemudian simpan dalam tabung reaksi.

5. Masukkan urinometer ke dalam tabung sample urine kemudian ukur berat jenis urinenya.

6. Pada percobaan yang menggunakan combistik masukkan kertas combistik kedalam tabung yang berisi urine. Tunggu selama 30 detik kemudian lihat perubahannya.

D. Hasil Percobaan

Orang coba pertama : Tn. HR

Umur : 18 Tahun

Berat badan : 55 Kg

Jenis kelamin : Laki-laki

Waktu (menit)

0

30

Volume

4 ml

4 ml

Warna

Jernih

Bening

Berat jenis

1,046

1,026

Osmolalitas

Normal

Menurun

Orang coba kedua : Tn. FI

Umur : 19 Tahun

Berat badan : 60 Kg

Jenis kelamin : Laki-laki

Waktu (menit)

0

30

Volume

4 ml

4 ml

Warna

Jernih

Pekat

Berat jenis

1,026

1,036

Osmolalitas

Normal

Meningkat

Hasil percobaan pada kedua orang coba :

Pemeriksaan

Tn. HR

Tn. FI

Sebelum

Sesudah

Sebelum

Sesudah

Glukosa (-)

0

0

0

0

Protein (-)

±0,15

±0,15

±0,15

±0,15

pH (5)

6

6

5

5

E. Analisis Hasil Percobaan

1) Dari pemeriksaan yang dilakukan didapatkan hasil yaitu : osmolalitas Tn. HR menurun. Sebelum Tn. HR meminum air mineral sebanyak 500 cc, berat jenis urinenya 1,046 menjadi 1,026 setelah minum air. Hal ini disebabkan karena banyaknya volume air yang diminum sehingga dapat mempengaruhi osmolalitas, warna pada urinenya berubah menjadi bening. Hal ini juga di pengaruhi dari volume air yang diminum. Hati tidak menghasilkan renin, sehingga tidak terjadi pembentukan renin dengan angiotensin. Sehingga, lubang intra seluler dan Na+ dengan air dalam tubuh bisa keluar, sehingga urine yang dihasilkan adalah urine encer.

2) Dari percobaan yang dilakukan pada Tn. FI diperoleh hasil yaitu : osmolalitas pada Tn. FI meningkat. Sebelum Tn. FI melakukan aktivitas berat jenis urinenya 1,026 tetapi setelah melakukan aktivitas berat jenis urinenya berubah menjadi 1,036. Hal ini disebabkan karena dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan selama 30 menit tanpa meminum air yang menyebabkan pengeluaran keringat yang mempengaruhi osmolalitas, ini juga disebabkan oleh osmoreseptor yang berada di otak yaitu hipotalamus yang memiliki kelenjar hipofisis posterior yang menghasilkan ADH. ADH yang meningkat menyebabkan reabsorpsi air yang meningkat menyebabkan reabsorpsi air meningkat yang menyebabkan warna pada urine yang dihasilkan menjadi berwarna pekat.

3) Pada tes yang dilakukan saat penggunaan combistik yang dilakukan pada kedua orang coba Tn.HR dan Tn. FI didapatkan glukosa tidak ditemukan dan ph masih pada ambang batas normal yaitu antara 4,8-7,5 hal ini berarti orang coba dalam keadaan normal. Tapi pada pemeriksaan protein didapat ±0,15 hal ini disebabkan mungkin karena orang coba kurang istirahat, penyaringan protein pada glomerulus kurang sempurna, sehingga protein ditemukan pada urine.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Mengukur berat jenis urine dapat dilakukan dengan menggunakan urinometer, dengan cara membandingkan berat jenis urine dan H2O pada volume sama, dan dengan menggunakan reagen strip.

2. Ginjal berperan dalam pemekatan dan pengenceran uirne, hal ini disebabkan oleh adanya hormon ADH yang mempengaruhi kental/pekat atau tidaknya urine. ADH meningkatkan permeabilitas tubulus dan duktus kolektivius sehingga menyebabkan meningkatnya reabsorsi air dan urine menjadi pekat. Sebaliknya kurangnya ADH membuat sedikitnya air yang terserap kembali sehingga ekskresi urine yang dihasilkan encer.

B. Saran

Sebaiknya pada saat percobaan orang coba dalam keadaan normal dan tanpa pengaruh dari beberapa faktor seperti kurang tidur, obat dan lain-lain agar hasil yang didapatkan akurat.

Sebaiknya alat yang digunakan dalam praktikum ditambah guna memperlancar proses praktikum.

Sebaiknya ruangan diperluas agar semua kelompok dapat masuk secara bersamaan untuk mengifisienkan waktu. Ruangan juga sebaiknya dipasang penyejuk ruangan agar mahasiswa tidak mengalami kegerahan dalam melakukan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sanya.2010.Cek Fungsi Ginjal.in www.sanya.student.umm.ac.id.Las Update

Minggu, 11 Juli 2010.

2. Johnson, Leonard R.2003.Edisi 3.Essential Medical Physiology.Amerika:

Elsevier.

3. Despopoulos, Agamemnon.2003.Edisi 5.Color Atlas of Physiology.Jerman:

Georg Thieme Verlag.

4. Guyton, Arthur.2006.Edisi 11.Text Book of Medical Physiology.Cina:Elsevier

Saunders.

5. Ganong, William F.2008.Edisi 20.Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC.

6. Pearce, Everlyn C.2008.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta:

Gramedia

7. Tabin Amin.2010.Laporan Praktikum Tentang Uji Amonia dan Glukosa dalam

Urine.in www.lihatkita.co.cc.Last Update Minggu, 11 Juli 2010.

8. Ismidina.2010.Laporan Tutorial Minggu 2 Blok 1.5.in www. islamadinafifa.

wordpress.com.Last Update Minggu 11 Juli 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar