Selasa, 03 Mei 2011

Laporan Fisiologi Tekanan Darah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45 persen sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume darah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47.

Di waktu sehat volume darah adalah konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan.Tekanan darah arterial ialah kekuatan darah ke dinding pembuluh darah yang menampungnya. Tekanan ini berubah-ubah pada setiap tahap siklus jantung.

Selama sistole ventrikuler, pada saat ventrikel kiri memaksa darah masuk aorta, tekanan naik sampai puncak, yang disebut tekanan sistolik. Selama diastole tekanan turun. Nilai terendah yang dicapai disebut tekanan diastolik. (1 : 133)

B. Tujuan

1. Mempelajari cara-cara pengukuran tekanan darah arteri.

2. Mempelajari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah secara fisiologis.


3.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Tekanan darah adalah gaya yang darah berikan terhadap dinding pembuluh darah. Selama sistol, gaya pada dinding pembuluh darah yang terbesar; sewaktu diastole, jatuh ke titik terendah. Pengukuran tekanan darah adalah rasio dari kedua tekanan.

Tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang pertama adalah curah jantung. Tekanan terhadap dinding arteri lebih besar sehingga volume aliran darah meningkat. Faktor kedua yang mempengaruhi tekanan darah resistensi perifer, atau resistensi terhadap aliran darah dalam arteri kecil dari tubuh (arteriol). Resistensi perifer dipengaruhi oleh visikositas (ketebalan) dari sel-sel darah dan jumlah plasma darah. Visikositas darah yang sangat tinggi menghasilkan tekanan darah tinggi. Selain itu, tekanan darah dipengaruhi oleh struktur dinding arteri. Jika dinding telah rusak, jika tersumbat oleh endapan limbah, atau jika telah kehilangan elastisitas, tekanan darah akan lebih tinggi. Tekanan darah tinggi, disebut hipertensi, yaitu akibat curah jantung terlalu tinggi atau resistensi perifer terlalu tinggi.(2 : 29)

B. Hubungan Antara Tekanan, Aliran, dan Resistensi

Aliran darah yang melalui pembuluh darah ditentukan oleh dua faktor : (3 : 164)

1) Perbedaan tekanan darah di antara kedua ujung pembuluh, kadang-kadang juga disebut “gradien tekanan” di sepanjang pembuluh darah, yaitu daya yang mendorong darah melalui pembuluh.

2) Rintangan bagi aliran darah melalui pembuluh, yang disebut resistensi pembuluh darah.

C. Aliran darah

Secara sederhana, aliran darah berarti jumlah darah yang mengalir melalui suatu titik tertentu di sirkulasi dalam periode waktu terentu. Biasanya aliran darah dinyatakan dalam milimeter per menit atau liter per menit, tetapi dapat juga dinyatakan dalam milimeter per detik atau setiap satuan aliran lainnya.

Secara keseluruhan aliran darah pada sirkulasi total orang dewasa dalam keadaan istirahat adalah sekitar 5000 ml/menit. Aliran darah ini disebut curah jantung karena merupakan jumlah darah yang dipompa ke aorta oleh jantung setiap menitnya.(3 :164)

D. Pembuluh Darah

Keseluruhan sistem peredaran (sistem kardiovaskuler) terdiri dari arteri, arteriola, kapiler, venula dan vena. Arteri (kuat dan lentur) membawa darah dari jantung dan menanggung tekanan darah yang paling tinggi. Kelenturannya membantu mempertahankan tekanan darah di antara denyut jantung. Arteri yang lebih kecil dan arteriola memiliki dinding berotot yang menyesuaikan diameternya untuk meningkatkan atau menurunkan aliran darah ke daerah tertentu.

Kapiler merupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding sangat tipis, yang berfungsi sebagai jembatan diantara arteri (membawa darah dari jantung) dan vena (membawa darah kembali ke jantung). Kapiler memungkinkan oksigen dan zat makanan berpindah dari darah ke dalam jaringan dan memungkinkan hasil metabolisme berpindah dari jaringan ke dalam darah.

Dari kapiler, darah mengalir ke dalam venula lalu ke dalam vena, yang akan membawa darah kembali ke jantung. Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya diameternya lebih besar daripada arteri; sehingga vena mengangkut darah dalam volume yang sama tetapi dengan kecepatan yang lebih rendah dan tidak terlalu dibawah tekanan.(4 : ...)

E. Tekanan Darah Arteri Normal

Tekanan darah dalam arteri brakialis pada orang muda dewasa pada posisi duduk istirahat duduk atau berbaring menedekati 120/70 mm Hg. Cukup kelihatan lebih rendah pada malam hari dan pada perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Karena tekanan arteri adalah hasil curah jantung dan tekanan perifer, dipengaruhi oleh kondisi yang mempengaruhi salah satu atau kedua faktor tersebut. Emosi misalnya meningkatkan curah jantung, dan mungkin sulit menentukan tekanan darah istirahat sebenarnya pada orang yang gelisah atau tegang. Secara umum, peningkatan curah jantung meningkatkan tekanan sistolik, sedangkan peningkatan tahanan perifer meningkatkan tekanan diastolik.

Terdapat kontroversi mengenai penentuan batas tekanan darah normal dan tinggi (hipertensi), terutama pada orang tua. Namun, bukti tampaknya sesuai dengan apa yang terlihat pada orang yang sehat mengenai kenaikan tekanan sistolik dan diastolik dengan peninkatan umur.

Penyebab penting dari peningkatan tekanan sistolik adalah penurunan distensibilitas arteri; pada tingkat yang sama dengan curah jantng, tekanan sistolik lebih tinggi pada orang tua dibandingkan orang muda karena peningkatan volume dari sistem arteri selama sistolik lebih sedikit untuk mengakomodasi jumlah darah yang sama.(5 : 565)

F. Pusat Pengawasan dan Pengaturan Tekanan Darah

Pusat pengawasan dan pengaturan tekanan darah yaitu : (6 : 131)

1. Sistem saraf : terdiri atas pusat-pusat yang terdapat di batang otak misalnya pusat vasomotor dan di luar susunan saraf pusat misalnya baroreseptor dan sistematis.

2. Sistem humoral (kimia) : berlangsung lokal atau sistemik misalnya renin angiotensin, vasopresin, epinefrin, asetilkolin, serotinin, adenosine kalsium, magnesium, hidrogen, dan kalium.

3. Sistem hemodinamik : lebih banyak dipengaruhi oleh volume darah, susunan kapiler, serta perubahan tekanan osmotik dan hidrostatik bagian luar dan bagian dalam sistem vaskular.

G. Komposisi dan Fungsi Darah

Volume darah orang dewasa berkorelasi dengannya (bebas lemak) massa tubuh dan sebesar 4-4,5 L pada wanita dan 4,5-5 L pada laki-laki dari 70 kg BB. Fungsi darah termasuk pengangkutan berbagai molekul (O2, CO2, nutrisi, metabolit, vitamin, elektrolit, dll), panas (regulasi suhu tubuh) dan transmisi sinyal (hormon) sebagai serta sangga dan pertahanan kekebalan tubuh. Darah terdiri dari cairan plasma) elemen dibentuk yaitu sel darah merah transportasi O2 dan memainkan peran penting dalam regulasi pH. sel darah putih dapat dibagi menjadi neutrophilic, inti sel dan basophilic granulosit, monosit, dan limfosit.

Neutrofil berperan dalam kekebalan nonspesifik pertahanan, sedangkan monosit dan limfosit berpartisipasi dalam respons imun spesifik. Trombosit yang diperlukan untuk hemostasis. Hematokrit (Hct) adalah rasio volume sel darah merah untuk seluruh. Plasma adalah bagian cairan darah di yang elektrolit, nutrisi, metabolit, vitamin, hormon, gas, dan protein yang terlarut.(7:88)

H. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah dan Nadi

Faktor-faktor yang mempertahankan TD : (8 : ...)

a) Kekuatan memompa jantung.

b) Banyaknya darah yg beredar.

c) Viskositas darah.

d) Elastisitas dinding pembuluh darah.

e) Tahanan tepi.

Faktor yang mempengaruhi denyut nadi :

a) Posisi : lebih cepat jika berdiri dibanding tiduran.

b) Umur : anak lebih cepat dari pada dewasa.

c) Jenis kelamin : pria lebih cepat dari pada wanita.

d) Exercise : exercise akan meningkatkan.

e) Emosi : emosi kuat akan meningkatkan pulse.

I. Jenis Kelainan dan Penyakit Sistem Transportasi Darah

Jenis kelainan dan penyakit sistem transportasi darah adalah sebagai berikut.(9 : ...)

1. Anemia / Penyakit Kurang Darah Anemia adalah suatu kondisi di mana tubuh kita kekurangan darah akibat kurangnya kandungan hemoglobin dalam darah. Akibatnya tubuh akan kekurangan oksigen dan berasa lemas karena hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk disebarkan ke seluruh badan.

2. Hemofili / Penyakit Darah Sulit Beku Hemofilia adalah suatu penyakit atau kelainan pada darah yang sukar membeku jika terjadi luka. Hemofili merupakan penyakit turunan.

3. Hipertensi / Penyakit Darah Tinggi Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang diakibatkan oleh adanya penyempitan pembuluh darah dengan sistolis sekitar 140-200 mmHg serta tekanan diastolisis kurang lebih antara 90-110 mmHg.

4. Hipotensi / Penyakit Darah Rendah Hipotensi adalah tekanan darah rendah dengan tekanan sistolis di bawah 100 mmHg (milimeter Hydrargyrum / mili meter air raksa) (Hydrargyrum = air raksa).

5. Varises / Penyakit Otot Nimbul Varises adalah pelebaran pada pembuluh vena yang membuat pembuluh dasar membesar dan terlihat secara kasat mata yang umumnya terdapat pada bagian lipatan betis.

6. Penyakit Kuning Bayi Penyakit kuning pada anak bayi adalah kelainan akibat adanya gangguan kerusakan sel-sel darah oleh aglutinin sang ibu.

7. Sklerosis adalah penyakit kelainan pada pembuluh nadi sistem transportasi yang menjadi keras.

8. Miokarditis adalah suatu kelainan akibat terjadinya radang pada otot jantung.

9. Trombus / Embolus Trombus adalah kelainan yang terdapat pada jantung yang disebabkan oleh adanya gumpalan di dalam nadi tajuk.

10. Leukimia / Penyakit Kanker Darah Leukimia adalah penyakit yang mengakibatkan produksi sel darah putih tidak terkontrol pada sistem transportasi.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Nama Percobaan

“Pemeriksaan tekanan darah”.

B. Alat dan Bahan

a) Manometer air raksa atau aneroid.

b) Stetoskop.

C. Prosedur Kerja

Dalam meencatat tekanan darah secara fisiologis, orang coba harus berada dalam keadaan yang menyenangkan dan lepas dari pengaruh-pengaruh yang dapat mempengaruhi hasil pencatatan. Pencatatan tekanan darah ini dengan metode tak langsung.

1. Cara Palpasi

Segala bentuk pakaian harus dilepas dari lengan atas dan manset dipasang ketat dan sempurna pada lengan. Bila manset tidak terpasang dengan ketat maka dapat diperoleh pembacaan yang abnormal tinggi. Saluran karet dari manset kemudian dihubungkan dengan manometer. Sekarang rabalah arteri radialis pada pergelangan tangan orang coba dan tekanan dalam manset dinaikkan dengan memompa sampai denyut nadi menghilang. Tekanan dalam manset kemudian diturunkan dengan memutar tombol pada pompa perlahan-lahan yaitu dengan memutar tombol pada pompa perlahan-lahan yaitu dengan kecepatan kira-kira 3 mm/dt. Saat dimana denyut arteri radialis teraba kembali menunjukkan tekanan darah sistolis. Metode palpasi harus dilakukan sebelum melakukan auskultasi untuk menentukan tinggi tekanan yang diharapkan.

2. Cara Auskultasi

Kedua tekanan sistolis dan diastolis dapat diukur dengan metoda ini, dengan cara mendengar (auskultasi) bunyi yang timbul pada arteri brachialis yang disebut bunyi Korotkoff. Bunyi ini timbul akibat timbulnya aliran turbulen dalam arteri tersebut.

Dalam cara auskultasi ini harus diperhatikan bahwa terdapat suatu jarak yang paling sedikit 5 cm, antara manset dan tepat meletakkan stetoskop. Mula-mula rabalah arteri brachialis untuk menentukan tempat meletakkan stetoskop. Kemudian pompalah manset sehingga tekanannya melebihi tekanan diastolis. Turunkan tekanan manset perlahan-lahan sambil meletakkan stetoskop diatas arteri brachialis pada siku. Mula-mula tidak terdengar suatu bunyi kemudian akan terdengar bunyi mengetuk yaitu ketika darah mulai melewati arteri yang tertekan oleh manset sehingga terjadilah turbulensi. Bunyi yang terdengar disebut bunyi Korotkoff dan dapat dibagi dalam empat fase yang berbeda :

1) Fase I

:

Timbulnya dengan tiba-tiba suatu bunyi mengetuk yang jelas dan makin lama makin keras sewaktu tekanan menurun 10-14 mmHg berikutnya. Ini disebut pula nada letupan.

2) Fase II

:

Bunyi berubah kualitasnya menjadi bising selama penurunan tekanan 15-20 mmHg.

3) Fase III

:

Bunyi sedikit berubah dalam kualitas tetapi menjadi lebih jelas dan kearas selama penurunan tekanan 5=7 mmHg berikutnya.

4) Fase IV

:

Bunyi meredam (melemah) selama penurunan 5-6 mmHg berikutnya. Setelah itu bunyi menghilang.

5) Fase V

:

Titik dimana bunyi menghilang

a) Permulaan dari fase I yaitu dimana bunyi mula-mula terdengar merupakan tekanan sistolis

b) Permulaan fase IV atau fase V merupakan tekanan diastolis, dengan perbedaan sebagai berikut : Fase IV terjadi pada tekanan 7-10 mmHg lebih tinggi daripada tekanan diastolis intra arterial yang diukur secara langsung.

c) Fase V terjadi pada tekanan yang sangat mendekati tekanan diastolis intra anterial pada keadaan istirahat. Pada keadaan latihan otot atau keadaan yang meningkat aliran darah, maka fase V jauh lebih rendah dari tekanan diastolis yang sebenarnya. Pada anak-anak, fase IV lebih tepat digunakan sebagai indeks tekanan diastolis.

Catatlah hasil pemeriksaan sebagai berikut : 120/82/78. Yaitu 120 = tekanan sistolis; 82 = fase IV; 78 = FaseV. Bila fase IV dan fase V adalah sama, maka ditulis : 120/78/78.

Ulangi pencatatan beberapa kali untuk memperoleh nilai yang pasti.

3. Cara Osilasi

Yaitu dengan melihat osilasi pada manometer. Manset dipompa sampai tekanannya 10-20 mmHg melebihi tekanan sistolis yang ditentukan dengan metoda Riva Rocci. Tekanan manset diturunkan perlahan-lahan sambil memperhatikan air raksa manometer. Saat timbulnya osilasi pada manometer menunjukkan tekanan sistolis. Tekanan manset terus diturunkan sampai osilasi menghilang yang menunjukkan tekanan diastolis.

Di dalam praktek, ketiga cara ini harus dikombinasikan untuk memperoleh hasil yang memuaskan dan dapat dipercaya.

Protokol

1. Tekanan Darah Istirahat

Ukurlah tekanan darah orang coba setelah berbaring 5 menit, setelah duduk 5 menit dan setelah berdiri 5 menit. Orang coba harus benar-benar dalam keadaan santai. Bandingkanlah hasil ketiga pencatatan ini. Dalam mencatat tekanan darah, gunakan kombinasi ketiga cara tadi.

2. Pengaruh Perubahan Sikap

Orang coba berbaring 5 menit. Ukurlah tekanan darah, kemudian orang coba diminta agar segera berdiri dan ukurlah segera tekanan darah dengan lengan lurus ke bawah. Tekanan diukur 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 menit sesudah berdiri.

3. Pengaruh Kerja Otot

Orang coba diminta untuk melakukan kegiatan misalnya berlari di tempat selama kurang lebih 3-5 menit kemudian catatlah tekanan darah kontrol (sebelum kegiatan)

4. Pengaruh Berpikir

Catatlah tekanan darah kontrol. Kemudian orang coba diminta berpikir dengan kuat yaitu memecahkan soal matematika yang susah. Catatlah tekanan darahnya secepat mungkin, kalau perlu selagi berpikir. Bandingkanlah dengan tekanan darah kontrol.

5. Percobaan Valsava (Valsava Manuver)

Buatlah pencatatan kontrol. Orang coba diminta untuk melakukan ekspirasi kuat dengan glottis tertutup (mengedan). Catatlah tekanan darah pada saat ini dan bandingkan dengan tekanan kontrol.

6. Percobaan Muller

Orang coba diminta untuk inspirasi kuat dengan glottis tertutup. Ukurlah tekanan darah dan bandingkan dengan tekanan kontrol.

D. Hasil Percobaan

Dalam keadaan normal, tanpa andanya pengaruh faktor-faktor pengukuran tekanan darah, misalnya pengaruh perubahan sikap, pengaruh kerja otot dan lain-lain.

a. Dengan cara palpasi

Nama : Nn. D

Nama Pemeriksa : Nn. J

Umur : 18 Tahun

Hasil pemeriksaan : 100 mmHg

b. Dengan cara auskultasi

Nama : Nn. D

Nama pemeriksa : Nn. J

Umur : 18 Tahun

Hasil pemeriksaan : 100/70 mmHg

c. Dengan cara osilasi

Nama : Nn. D

Nama pemeriksa : Nn. J

Umur : 18 tahun

Hasil pemeriksaan : 100/70 mmHg

Protokol

1. Tekanan darah isitahat.

Nama : Nn. J

Nama Pemeriksa : Nn. D

Umur : 18 Tahun

Hasil pemeriksaan :

Pada saat baring : 80/42 mmHg

Pada saat duduk : 90/60 mmHg

Pada saat berdiri : 100/70 mmHg

2. Pengaruh perubahan sikap

Nama : Nn. FA

Nama Pemeriksa : Tn. HR

Umur : 19 Tahun

Hasil pemeriksaan :

Pada saat berbaring 5 menit : 120/73 mmHg

Pada saat berdiri :

Tekanan darah 1 menit : 122/75 mmHg

Tekanan darah 3 menit : 110/80 mmHg

Tekanan darah 5 menit : 110/45 mmHg

3. Pengaruh kerja otot

Nama : Tn. FI

Nama pemeriksa : Nn. F

Umur : 19 Tahun

Hasil pemeriksaan :

TD sebelum berlari : 119/60 mmHg

TD setelah berlari 5 menit : 109/90 mmHg

4. Pengaruh berpikir

Nama : Nn. I

Nama pemeriksa : Nn. H

Umur : 19 Tahun

Hasil pemeriksaan :

Tekanan darah kontrol : 116/80 mmHg

Tekanan darah setelah berpikir : 130/100 mmHg

5. Percobaan valsava

Nama : Nn. IMU

Nama pemeriksa : Nn. IAR

Umur : 19 Tahun

Hasil pemeriksaan :

Tekanan darah kontrol : 102/48 mmHg

Tekanan darah ekspirasi : 90/50 mmHg

6. Percobaan Muller

Nama pemeriksa : Nn. IMU

Nama pemeriksa : Nn. IAR

Umur : 19 Tahun

Hasil pemeriksaan :

Tekanan darah kontrol : 102/48 mmHg

Tekanan darah inspirasi : 90/60 mmHg

E. Analisis Hasil Percobaan

a. Cara Palpasi

Pada saat pengukuran tekanan darah dengan cara palpasi kita meraba arteri brachialis dengan memompa manset sampai sistolnya menghilang, sehingga didapatkan hasil pemeriksaan 100 mmHg. Ini disebabkan karena orang coba dalam keadaan anemia karena kurang tidur. Namun dengan menggunakan cara ini diperoleh hasil yang kurang akurat karena yang diperoleh hanya tekanan sistolnya saja.

b. Cara Auskultasi

Pada pengukuran tekanan darah dengan cara auskultasi kita menggunakan stetoskop, dengan stetoskop kita dapat mengukur sistol dan diastolnya orang coba dengan cara mendengar bunyi yang timbul pada arteri brachilis yang disebut bunyi korotkoff. Bunyi ini terjadi akibat timbulnya aliran turbulen dalam arteri yang disebabkan oleh penekanan manset pada arteri tersebut. Dengan metode ini diperoleh hasil pengukuran 100/70 mmHg. Ini disebabkan karena orang coba dalam keadaan anemia karena kurang istirahat. Sehingga menyebabkan tekanan darah rendah.

c. Cara Osilasi

Pada percobaan ini kita melihat osilasi pada manometer. Manset dipompa sampai tekanannya 100-120 mmHg melebihi tekanan sistolis, yang ditentukan dengan motode Riva Rocci. Saat pemeriksaan dengan cara osilasi didapatkan hasil pengukuran 100/70 mmHg. Hal ini disebakan orang coba dalam keadaan kurang tidur. Sehingga tekanan darahnya menurun.

Protokol :

1) Tekanan darah istirahat

Pada protokol ini didapatkan hasil 80/42 mmHg pada saat berbaring, 90/60 mmHg pada saat duduk dan 100/70 pada saat berdiri. Hal ini menunjukkan bahwa posisi tubuh berpengaruh terhadap tekanan darah. Dimana saat pergantian posisi tubuh tekanan darah ikut mengalami perubahan.

Peningkatan tekanan darah terjadi karena dipengaruhi oleh gaya gravitasi, jantung harus memompa lebih keras untuk melawan gaya gravitasi. Berbeda pada saat berbaring letak ekstremitas atas dan bawah sejajar dengan jantung sehingga kecepatan aliran darah standar. Tapi bila dalam keadaan berdiri bagian ekstremitas atas dan kepala lebih tinggi dari jantung sehingga untuk memenuhi kebutuhan pada tempat yang dituju, maka diperlukan tekanan pompa yang besar sehingga curah jantung meningkatkan tekana darah.

2) Pengaruh perubahan sikap

Perubahan sikap mempengaruhi tekanan darah. Hal ini dapat kita lihat pada percobaan ini didapatkan hasil 120/73 mmHg pada saat berbaring, 122/75 mmHg pada saat berdiri, 110/80 setelah 3 menit dan 110/45 setelah 5 menit.

Hal ini sesuai dengan teori, karena pada saat berbaring gaya gravitasi pada peredaran darah lebih rendah karena arah peredaran darah horisontal dan tidak terlalu melawan gravitasi. Pada saat berdiri kerja jantung dalam memompa darah menjadi lebih besar karena melawan gaya gravitasi.

Namun, pada saat berdiri 3 menit dan 5 menit tekanan darah menjadi menurun melebihi tekanan darah saat berbaring, mungkin terjadi kesalahan pemeriksaan atau kesalahan dalam penggunaan alat.

3) Pengaruh kerja otot

Pada percobaan ini didapatkan hasil tekanan darah kontrol orang coba 119/60 mmHg dan setelah kegiatan tekanan darah orang coba berubah menjadi 109/90 mmHg.

Hal ini tidak sesuai dengan teori, dimana dalam proses kontraksi, otot memerlukan pasokan oksigen yang banyak untuk memenuhi kebutuhan energi. Darah berfungsi menyuplai O2 untuk menghasilkan energi. Oleh karena itu, curah jantung akan meningkat untuk memenuhi kebutuhan energi melalui peningkatan aliran darah. Selain itu, perangsangan impuls simpatis menyebabkan vasokontriktor pembuluh darah pada tubuh kecuali pada otot yang aktif, terjadi vasodilatasi. Hal inilah yang menyebabkan tekanan darah akan meningkat setelah melakukan aktivitas fisik. Selain itu, sewaktu otot-otot berkontraksi, otot tersebut menekan pembuluh darah dari pembuluh perifer ke jantung dan paru-paru. Sehingga akan meningkatkan curah jantung.

Oleh karena itu, percobaan pengaruh kerja otot gagal. Hal ini disebabkan karena mungkin adanya kesalahan pemeriksaan dan penggunaan alat.

4) Pengaruh berpikir

Pada percobaan ini di dapatkan hasil 116/80 mmHg tekanan darah normal dan 130/100 mmHg tekanan darah setelah berpikir.

Pada percobaan ini tekanan darah meningkat karena otak membutuhkan banyak energi dan oksigen untuk berpikir, sehingga kardiak output akan ditingkatkan yang selanjutnya akan meningkatkan aliran balik vena dan meningkatkan tahanan perifer yang kemudian menyebabkan tekanan darah meningkat. Selain itu jantung juga harus melawan gravitasi untuk mengantarkan darah ke otak.

5) Percobaan valsava

Pada percobaan ini didapatkan hasil 102/48 mmHg tekanan darah kontrol orang coba dan berubah 90/50 mmHg pada saat ekspirasi. Hal ini sesuai dengan teori.

Pada percobaan ini tekanan darah menurun karena seseorang melakukan ekspirasi kuat dengan glottis tertutup dimana tekanan intratorakal sehingga aliran balik vena menurun yang mengakibatkan curah jantung menurun dan selanjutnya menyebabkan penurunan tekanan darah.

6) Percobaan muller

Pada protokol ini di dapatkan hasil tekanan darah kontrol orang coba 102/48 mmHg dan berubah menjadi 90/60 mmHg tekanan darah pada saat melakukan inspirasi. Hal ini tidak sesuai dengan teori.

Dimana pada saat melakukan inspirasi, tekanan darah meningkat karena otot dada berkontraksi dan membutuhkan suplai oksigen banyak, sehingga aliran darah meningkat, menyebabkan tekanan darah meningkat.

Hal ini tidak sesuai dengan teori karena mungkin kesalahan pemeriksaan atau kesalahan penggunaan alat.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Cara-cara yang dilakukan untuk pengukuran tekanan darah arteri yaitu :

a) Cara palpasi yaitu dengan cara meraba denyut nadi.

b) Cara auskultasi yaitu dengan cara mendengarkan suara arteri dengan menggunakan stetoskop

c) Cara osilasi yaitu dengan cara melihat osilasi pada manometer.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu :

a) Umur

b) Kegiatan (kerja otot perubahan sikap)

c) Ketinggian (gravitasi)

d) Ekspirasi dan inspirasi

e) Kerja jantung

f) Pengaruh berpikir

B. Saran

Sebaiknya pada percobaan ini menggunakan alat yang memadai. Orang coba harus dalam keadaan rileks dan pemeriksa harus mengetahui betul penggunaan alat agar tidak terjadi kekeliruan.

Sebaiknya ruangan praktikum dilengkapi dengan penyejuk ruangan agar proses pembelajaran tidak terganggu dengan suhu ruangan yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pearce, Evelyn.2008.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta:

PT Gramedia.

2. Taylor, Sheller E.2003.Health Psychology.Amerika Utara:McGraw-Hill.

3. Guyton, Arthur.2006.Ed. 11.Text Book of Medical Physiology.Cina:Elsevier

Saunders.

4. Dedy.2009.Fisiologi Jantung & Pembuluh Darah.In www.sidenreng.com.Last

Update 5 Juli 2010.

5. Ganong, William F.2002.Ed. 20.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta. EGC.

6. Syaifuddin.2009.Ed. 2.Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa

Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika.

7. Despopoulos, Agamemnon.2003.Ed. 5. Color Atlas of Physiology.Jerman:

Georg Thieme Verlag.

8. Moca.2010.Hipertensi.In www.mocacandy.blogspot.com.Last update 5 Juli 2010.

9. Harmoko.2010.Makalah Anatomi dan Fisiologi Darah Manusia.In

www.nsharmoko.blogspot.com..Last Update 5 Juli 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar