Senin, 09 Mei 2011

Laporan Fisiologi Test Harvard (Harvard Step Test)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani dam beraktivitas. Olehnya itu, kita dianjurkan untuk berolah raga pasling kurang dua kali dalam seminggu. Olah raga memiliki sangat bermanfaat untuk kesehatan sistem kardiovaskuler.
Seseorang yang sehat dan fit akan dapat melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa kelelahan yang berarti. Ia masih mempunyai cadangan tenaga yang cukup untuk suatu kegiatan ekstra seperti berolahraga dan rekreasi. Sehat dalam arti umum adalah dengan cara menjaga makanan agar cukup gizi dan menjaga kebersihan sehari-hari. Kebersihan ini meliputi kebersihan diri sendiri, misalnya mandi, berpakaian, dan lain-lain.

Kadang-kadang dalam kehidupan sehari-hari kita membandingkan bagaimana kesanggupan kita melakukan aktivitas dengan orang lain. Misalnya ketika menaiki gedung dengan tangga bersama teman, ada yang merasa sangat lelah dan adapula yang terlihat biasa saja. Hal ini dipengaruhi oleh kebugaran jasmani setiap orang. Orang yang sering berolahraga, tubuhnya akan terbiasa atau beradaptasi sehingga ketika melakukan aktivitas yang berat cadangan kekuatannya lebih banyak dibandingkan dengan yang jarang berolah raga. Selain itu, orang yang rajin berolah raga juga memiliki kerja jantung yang baik dan berujung pada lebih rendahnya tekanan darah dibanding yang jarang berolah raga.(1)

Oleh karena itu dalam percobaan ini, kita akan mempelajari bagaimana pengaruh aktivitas terhadap kerja jantung dan perubahan fisiologis. Untuk menentukan kesanggupan badan kita dalam melakukan suatu aktivitas maka dilakukan tes harvard. Tes ini bertujuan untuk menentukan indeks kesanggupan badan untuk melakukan kerja, di sini kita menilai kebugaran dan kemampuan untuk pulih dari kerja berat.

B. Tujuan

Tujuan percobaan yaitu menentukan kesanggupan badan untuk melakukan suatu kerja (menentukan kapasitas kerja).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tes Harvard

Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi dan atau mendiagnosa kelainan kardivaskuler. Tes ini juga salah satu ukuran yang bagus bagi kebugaran, dan kemampuan untuk pulih dari olahraga berat. Semakin cepat jantung kembali normal maka semakin bugar tubuhnya.(2)

Otot dibagi kedalam tiga kelompok utama menurut fungsi kontraksi dan hasil gerakan dari seluruh bagian tubuh. Pengelompokannya adalah sebagai berikut :

a) Otot rangka (otot lurik) terdapat pada sistem skelet ,memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan postur tubuh dan menghasilkan panas.

b) Otot visceral (otot polos) terdapat pada saluran pencernaan, saluran perkemihan, pembuluh darah. Otot-otot ini mendapat rangsangan dari saraf otonom berkontraksi diluar kesadaran.

c) Otot cardiak hanya terdapat pada jantung, berkontraksi diluar pengendalian
Seperti halnya tulang, Otot juga mempunyai beberapa fungsi, antara lain :

1. Untuk menggerakkan skelet

2. Untuk menghasilkan panas

3. Untuk mempertahankan sikap badan

B. Jaringan Otot

Jaringan otot bertanggung jawab untuk sebagian besar interaksi kita dengan dunia luar. Fungsi-fungsi ini termasuk bergerak, berbicara, dan sejumlah tindakan sehari-hari lainnya. Namun tidak kalah penting, adalah internal fungsi otot. Internal fungsi otot adalah pompa darah kita dan mengatur alirannya, makanan kita bergerak karena sedang dicerna dan menyebabkan pembuangan limbah, dan berfungsi sebagai pengatur kritis berbagai proses internal. (3 :138)

Jaringan otot memiliki karakteristik yang unik mengenai konstraktilitas, ekstensibilitas, elastisitas, dan iritabilitas. Karena otot bersifat elastis maka dalam bekerja, otot-otot ini berpasangan namun memiliki aksi yang berlawanan; ketika satu otot berkontraksi (penggerak yang utama) maka yang lain akan mengendor (antagonis). Gerakan terjadi karena otot menarik tulang yang berfungsi sebagai tangkai dan persendian bekerja sebagai engsel. Kekuatan setiap gerakan atau kontraksi tergantung pada panjang asli dari serabut-serabut, jumlah serabut yang diaktifkan oleh sistem syaraf dan keadaan metabolik otot.(4)

C. Faktor-Faktor yang Berperan pada Kegiatan Otot Bertahap

1. Pengaruh Denervasi

Pada hewan atau manusia yang hidup, otot rangka yang normal tidak berkontraksi kecuali sebagai respons terhadap rangsang saraf motoriknya. Kerusakan persarafan ini menimbulkan atropi ototdan juga menyebabkan kepekaan otot yang abnormal serta meningkatkan kepekaan otot yang abnormal serta meningkatkan kepekaan otot terhadap asetilkolin yang beredar dalam darah.

2. Unit motorik

Oleh karena setiap akson neuron motor spinal, yang mempersarafi otot rangka, bercabang-cabang untuk mempersarafi kelompok-kelompok serat otot, jumlah terkecil otot yang dapat berkontraksi sebagai respons terhadap perangsangan oleh satu motor neuron bukan satu serat otot melainkan seluruh serta otot yang dipersarafi neuron tersebut.

3. Elektromiografi

Penggiatan unit motorik dapat dipelajari dengan elektromiografi, proses perekaman kegiatan listrik otot pada osiloskop sinar katoda.

4. Faktor-Faktor yang Berperan pada Kegiatan Otot Bertahap

Otot rangka manusia saat istirahat, kalaupun ada, hanya sedikit ada sedikit kegiatan spontan. Pada kegiatan volunter minimal, sejumlah kecil unit motorik terbangkit, dan dengan meningkatnya kegiatan volunter makin banyak unit motorik yang terbangkit.

5. Kekuatan Otot Rangka

Otot rangka manusia dapat menahan 3-4 kg tegangan per cm2 potongan melintang. Nilai itu kira-kira sama dengan yang diperoleh pada berbagai hewan percobaan dan tampaknya sama pada semua spesies mamalia. Oleh karena otot manusia banyak yang potongan melintangnya reatif besar, tegangan yang dihasilkannya dapat sangat besar.

6. Mekanik tubuh

Gerakan tubuh secara keseluruhan diatur berdasarkan pemanfaatan prinsip-prinsip fisiologi. Misalnya, otot-otot tubuh melekat pada tubuh dengan panjang awal yang sama dengan atau mendekati panjang istirahatnya, pada saat otot akan mengawali kontraksinya.

7. Penyakit otot

Mutasi kode-kode genetik untuk berbagai komponen dari kompleks distrofin glikoprotein menyebabkan distrofi otot, suatu sindroma yang ditandai oleh kelemahan otot progresif. Sebagian besar dari bentuk penyakit ini menimbulkan kecatatan berat dan berakhir fatal.

8. Perkembangan Otot

Perlu diingat bahwa telah terjadi kemajuan yang sangat berarti dalam pengetahuan mengenai pengendalian genetik terhadap perkembangan otot beberapa tahun terakhir ini. Miogenin merupakan faktor transkripsi yang utama pada proses ini. Miogenin merangsang fibroblas menjadi sel-sel otot, dan ketika mencit yang dibuat menjadi homozigot untuk gen miogenin mutant dilahirkan, mereka mati karena ketiadaan otot, termasuk otot-otot yang perlu untuk pernapasan.(5 : 72)

D. Mekanisme Umum Kontraksi Otot

Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan tahap-tahap berikut.

1. Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujungnya pada serabut otot.

2. Di setiap ujung, saraf menyekresi subtansi neurotransmitter, yaitu asetilkolin, dalam jumlah sedikit.

3. Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membran serabut otot untuk membuka banyak kanal “asetilkolin” melalui molekul-molekul protein yang terapung pada membran.

4. Terbukanya kanal asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium untuk berdifusi ke bagian dalam membran serabut otot. Peristiwa ini menimbulkan suatu potensial aksi pada membran.

5. Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membran serabut orot dengan cara yang sama seperti potensial aksi berjalan di sepanjang membran serabut saraf.

6. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran otot dan banyak aliran listrik potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Di sini, potensial aksi menyebabkan retikulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium, yang telah tersimpan di dalam retikulum ini.

7. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin, yang menyebabkan kedua filamen tersebut bergeser satu sama lain, dan menghasilkan proses kontraksi.

8. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum sarkoplasma oleh pompa membran Ca++, dan ion-ion ini tetap disimpan dalam retikulum sampai potensial aksti otot yang baru datang lagi, pengeluran ion kalsium dari miofibril akan menyebabkan kontaksi terhenti.(6:74)

Ada tiga jenis kerja otot yaitu :

a) Kerja dinamis positif, yang membuat otot-otot yang terlibat untuk bergantian berkontraksi dan relaksasi (misalnya, menaiki bukit).

b) Kerja dinamis negatif, yang membuat otot-otot yang terlibat untuk bergantian memperpanjang istirahat sementara (istirahat kerja) dan berkontraksi tanpa beban (misalnya, menuruni bukit).

c) Kerja statis postural, yang membuat otot terus menerus kontraksi (misalnya, berdiri tegak).

Banyak kegiatan melibatkan kombinasi dari dua atau tiga jenis pekerjaan otot. Efek kerja mekanik diarahkan diproduksi di aktivitas otot dinamis, tapi tidak dalam pekerjaan murni postural. Dalam kasus terakhir, gaya x jarak = 0. Namun, energi kimia masih digunakan dan benar-benar berubah menjadi bentuk panas disebut pemeliharaan panas (kekuatan otot kali durasi kerja postural).(7 : 74)

E. Hubungan Aktivitas Kerja dengan Perubahan Kardiovaskuler

Adaptasi fisiologik terhadap kerja fisik dapat dibagi dalam adaptasi akut dan kronik. Adaptasi akut merupakan penyesuaian tubuh yang terjadi pada saat kerja dilakukan dan adaptasi kronik merupakan hasil perubahan pada tubuh oleh suatu periode program latihan fisik. Adanya kerja fisik berarti terdapat suatu pembebanan bagi tubuh dan hal ini akan mengakibatkan teijadinya mekanisme penyesuaian dari alat/organ tubuh bergantung kepada usia, suhu lingkungan, berat ringan beban, lamanya, cara melakukan dan jumlah organ yang terlibat selama kerja fisik tersebut.

Fungsi utama sistem kardiovaskuler selama kerja fisik adalah menghantar darah ke jaringan yang aktip termasuk oksigen dan nutrien, dan mengangkut produk metabolit dari jaringan tersebut ke alat ekskresi. Untuk melakukan tugas tersebutbeberapa parameter tubuh mengalami perubahan, antara lain :

1) Frekuensi Denyut Jantung

Frekuensi denyut jantung merupakan parameter sederhana dan mudah diukur dan cukup informatip untuk faal kardiovaskuler. Pada keadaan istirahat frekuensi denyut jantungberkisar antara 60 - 80 per menit. Hal ini mudah dideteksi dengan cara palpasi maupun dengan menggunakan alat seperti pulse meter. cardiac monitoring dan sebagainya; tempat pengukuran dapat di a.radialis, a. carotis dan pada apex jantungsendiri. Frekuensi denyut jantung terendah diperoleh pada keadaan istirahat berbaring. Pada posisi duduk sedikit meningkat dan pada posisi berdiri meningkat lebih tinggi dariposisi duduk.

Hal ini disebabkan oleh efek grafitasi yang mengurangi jumlah arus balik vena ke jantung yang selanjutnya mengurangi jumlah isi sekuncup. Untuk menjaga agar curah jantung tetap maka frekuensi denyut jantung meningkat. Sebelum seseorang melakukan kerja fisik, frekuensi denyut jantung pra kerja meningkat di atas nilai pada keadaan istirahat. Makin baik kondisi seseorang akan diperoleh frekuensi denyut jantung yang lebih rendah untuk beban kerja yang sarna. Pada suatu saat meskipun beban ditambah tetapi frekuensi denyut jantung tetap. Frekuensi denyut jantung pada keadaan tersebut disebut frekuensi maksimal. Tiap orang mempunyai frekuensi maksimal denyut jantung yang tampaknya mempunyai hubungan erat dengan faktor usia.

2) Curah Jantung/Cardiac Output (CO)

Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh jantung, khususnya oleh ventrikel selama satu menit. Variasi produksi curah jantung dapat disebabkan oleh perubahan dari denyut jantung dan volume sekuncup. Denyut jantung terutama dikontrol oleh persarafan jantung, rangsangan simpatis meningkatkan denyut jantung dan perangsangan parasimpatis menurunkannya. Volume sekuncup juga tetap pada bagian yang dipersarafi, perangsangan simpatis membuat serabut otot jantung berkontraksi dengan kuat ketika diberikan perangsangan yang lama dan parasimpatis akan member rangsangan balik (bertolak belakang). Ketika kekuatan kontraksi naik tanpa peningkatan serabut yang lama, maka darah banyak yang tertinggal di dalam ventrikel, dan peningkatan fase ejeksi dan akhir dari fase sistol yaitu volume darah dalam ventrikel berkurang.

Total volume darah dalam sistem peredaran darah dari rata-rata orang adalah sekitar 5 liter (5000 mL). Menurut perhitungan, seluruh volume darah dalam system peredaran darah akan dipompa oleh jantung setiap menit (pada saat istirahat). Latihan (aktivitas fisik) dapat meningkatkan output jantung hingga 7 kali lipat (35 liter / menit.

3) Volume Sekuncup (Stroke Volume)

Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa setiap kontraksi dari ventrikel kiri dan diukur dalam ml/kontraksi. Volume sekuncup meningkat sebanding dengan aktivitas fisik. Pada keadaan normal (tidak dalam aktivitas lebih) setiap orang memilki volume sekuncup rata-rata 50-70ml/kontraksi dan dapat meningkat menjadi 110-130ml/kontraksi scara intensif, ketika melakukanaktivitas fisik. Pada atlet dalam keadaan istirahat memiliki stroke volume rata-rata 90-110 ml/ kontraksi dan meningkat setara dengan 150-220ml/kontraksi.

4) Arus Darah

Sistem pembuluh darah bisa membawa darah kembali ke jaringan yang membutuhkan dengan cepat dan berjalan pada daerah yang hanya membutuhkan oksigen. Pada keadaan istirahat 15-20% uplai darah di sirkulasi pada otot skelet. Selama melakukan aktivitas fisik, ini bisa meningkat menjadi 80-85% dari curah jantung. Darah akan dialirkan dari organ besar seperti ginjal, hati, perut, dan usus. Ini akan meneruskan aliran ke kulit untuk memproduksi panas.

Arus darah dari jantung ke jaringan tubuh bervariasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing jaringan baik dalam keadaan istirahat maupun pada kerja fisik. Jumlah absolut darah yang ke otak selalu tetap/konstan, ke otot dan jantung jumlah darah akan meningkat sesuai dengan bertambahnya beban kerja sedangkan yang ke ginjal, lambung dan usus akan berkurang pada beban kerja yang meningkat. Peningkatan arus darah ke otot yang aktif merupakan kerja persarafan vasodilator dan peningkatan metabolisme yang menimbulkan penurunan pH atau peningkatan derajat keasaman dan pada tingkat lokal akan terlihat lebih banyak kapiler dan arteriol yang membuka. Faktor lain yang berperan dalam pengaturan arus darah adalah siklus jantung. Telah diketahui bahwa dengan bertambahnya beban kerja, akan terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung dan hal ini mengakibatkan lebih singkatnya waktu yang digunakan untuk satu siklus jantung termasuk fase diastole. Sedangkan pengisian pembuluh darah koroner yang terbanyak adalah pada fase diastole. Dengan berkurangnya fase diastole maka arus darah koroner juga akan berkurang.

5) Tekanan Darah

Dalam keadaan istirahat, sistole tipikal individu (normal) adalah 110-140 mmHg dan 60-90 mmHg untuk tekanan darah diastol. Selama aktivitas fisik tekanan sistol, tekanan selama kontraksi jantung (disebut sistol) bisa meningkat sampai 200 mmHg dan maksimum pada 250 mmHg yang bisa terjadi pada atlet. Tekanan diastolrelaif tidak berubah secara signifikan ketika melakukan latihan intensif. Faktanya kenaikannya lebih dari 15 mmHg sehingga latihan intensif bisa mengidentifikasi penyakit jantung koroner dan digunakan sebagai penilaian untuk tes toleransi latihan.

Tekanan darah selama kerja fisik memperlihatkan hubungan antara keseimbangan peningkatan curah jantung dan penurunan tahanan perifer dengan adanya vasodilatasi pada pembuluh darah otot yang bekerja. Terlihat bahwa tekanan sistolik akan meningkat secara progresiv sedangkan pada tekanan diastolik tetap atau sedikit menurun (8)

Tekanan dalah arteri ialah kekuatan tekanan darah ke dinding pembuluh darah yang menampungnya. Tekanan ini berubah-ubah pada setiap tahap siklus jantung. Selama sistole ventrikuler, pada saat ventrikel kiri memaksa darah masuk aorta, tekanan naik sampai puncak, yang disebut tekanan sistolik. Selama diastole tekanan menurun. Nilai terendah yang dicapai disebut tekanan diastolik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah, yaitu :

1) Kekuatan memompa jantung.

2) Banyaknya darah yang beredar.

3) Viskositas (kekentalan) darah.

4) Elastisitas dinding pembuluh darah.

5) Tahanan tepi (resistensi periferi).(9 : 141)


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Nama Percobaan

Percobaan Harvard (Harvard Step Test)

B. Alat dan Bahan

1. Bangku Harvard

2. Metronom

3. Stopwatch

4. Sphygmanometer

5. Stetoskop

C. Prosedur Kerja

1. Sebelum percobaan dimulai aturlah metronom dengan kecepatan 30 kali permenit yaitu sesuai dengan kecepatan naik turun bangku yang akan dilakukan.

2. Ukurlah tekanan darah dan kecepatan denyut nadi orang coba dalam keadaan istirahat (duduk).

3. Bila tekanan darah melebihi 160 mmHg (systole) sebaiknya percobaan ini jangan dilakukan pada orang tersebut.

4. Mintalah orang coba untuk melakukan kerja naik turun bangku Harvard dengan kecepatan tetap 30 kali naik turun satu menit sesuai dengan bunyi metronom.

5. Kerja dilakukan sesanggup mungkin tetapi tidak lebih 5 menit.

6. Setelah selesai dengan kerja ini orang coba segera diminta duduk dan ukurlah tekanan darah dan denyut nadi orang coba.

7. Kemudian lakukan pencatatan denyut nadi pada 1 menit, 2 menit, 3 menit. Setelah percobaan (denyut nadi dihitung selama 30 detik).

Pencatatan denyut nadi :

F1 = Denyut nadi/30 detik yang dihitung 1 menit sampai 1 menit 30 detik kemudian

F2 = Denyut nadi/30 detik yang dihitung 2 menit sampai 2 menit 30 detik kemudian

F3 = Denyut nadi/30 detik yang dihitung 3 menit sampai 3 menit 30 detik kemudian

8. Hitunglah Indeks Kesanggupan Badan (IKB) dengan memakai rumus berikut ini.

Rumus Indeks Kesanggupan Badan

Cara Cepat :

Cara Lambat :

Ket : T = Lamanya orang turun naik (dalam detik)

Penilaian :

Cara Cepat

Cara Lambat

:

:

<50

50-80

>80

<55

55-64

>64

: kesanggupan kurang

: kesanggupan sedang

: kesanggupan baik

: kesanggupan kurang

: kesanggupan sedang

: kesanggupan baik

D. Hasil Percobaan

Nama orang coba : Tn. HR

Pemeriksa : Nn. F

Umur : 18 Tahun

Pekerjaan : Mahasiswa

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Sebelum melakukan aktivitas :

Tekanan darah kontrol : 120/70 mmHg

Denyut nadi : 78 kali/menit

Saat melakukan aktivitas : T = 74 detik

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Denyut nadi : F1 = 44 kali/30 detik

F2 = 40 kali/30 detik

F3 = 34 kali/30 detik

Indeks Kesanggupan Badan :

a) Cara Cepat :

= 30,57 (Kesanggupan kurang)

b) Cara Lambat : IKB

= 31,35 (Kesanggupan kurang)

E. Analisis Hasil Percobaan

Sebelum melakukan aktivitas pada orang coba yaitu Tn. HR didapatkan hasil pemeriksaan tekanan darah normal 120/70 mmHg dan denyut nadi 78 kali/menit. Hal ini berarti orang coba dapat mengikuti test harvard. Apabila orang coba mempunyai tekanan darah di atas 130 mmHg (sistole) maka orang coba tidak boleh mengikuti test ini, begitu pun dengan denyut nadi apabila melebihi 80 kali permenit maka orang coba tidak boleh mengikuti test ini.

Setelah melakukan aktivitas yaitu test harvard yang dilakukan Tn. HR, tekanan darah meningkat menjadi 130/80 mmHg, dan denyut nadi meningkat pada F1 = 44 kali/30 detik, F2 = 40 kali/30 detik dan F3 = 34/30 detik. Setelah itu dilakukan perhitungan indeks kesanggupan kerja dan didapatkan hasil pada perhitungan cara cepat yaitu 30,57 dan cara lambat 31,35. Hal ini menunjukkan bahwa orang coba mempunyai kesanggupan kerja kurang, karena dalam pengukuran dengan cara cepat hasil yang didapatkan hasil <50, demikian pula dengan cara lambat <55 pada hasil ini temaksud pada golongan kesanggupan kerja kurang. Hal ini mungkin disebabkan karena orang coba kurang istirahat dan kurang berolahraga secara teratur.

Pada orang coba dapat dilihat peningkatan tekanan darah dan denyut nadi. Hal ini disebabkan karena aktivitas orang coba meningkat maka curah kerja jantung ikut meningkat hal ini bertujuan untuk menyuplai O2 dan nutrisi dari jantung ke bagian tubuh yang membutuhkan. Karena peningkatan curah jantung darah akan lebih banyak dipompa melalui aorta sehingga berpengaruh dalam peningkatan tekanan darah dimana peningkatan ini mengakibatkan tekanan darah yang berjalan disepanjang arteri semakin cepat dan selanjutnya akan mengakibatkan denyut nadi meningkat.

Dari hasil yang diperoleh, belum tentu menunjukkan bahwa kesanggupan orang coba kurang karena mungkin terdapat beberapa faktor misalnya beban kerja yang diberikan lebih berat dari yang biasanya dan tanpa pemanasan sebelumnya, frekuensi naik turun harvard kurang maksimum, atau standar yang dipakai pada rumus ini merupakan standar dari luar negeri dimana orang barat dominan memiliki kapasitas kerja lebih dibandingkan kita orang Indonesia, misalnya karena faktor pemenuhan gizi atau perbedaan pola hidup dalam pekerjaan sehari-hari.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kapasitas kerja adalah kesanggupan orang coba untuk melakukan kerja hingga batas kemampuan kerja dalam percobaan ini setelah dilakukan perhitungan adalah cara cepat 30,57 dan cara cepat 31,35 hal ini termasuk dalam kategori kesanggupan badan kurang.

Aktivitas dapat mengakibatkan peningkatan carah jantung karena peningkatan diastole sebagai akibat dari peningkatan tonus otot. Selain itu, karena adanya rangsangan otonom yang meningkatkan kerja saraf simpatis sehingga denyut jantung juga meningkat.

B. Saran

1) Sebaiknya orang coba dalam keadaan baik agar hasil yang didapatkan maksimal.

2) Alat yang digunakan dalam laboratorium sebaiknya ditambah untuk kelancaran praktikum.

3) Ruangan praktikum sebaiknya diperluas agar semua kelompok dapat masuk secara bersamaan untuk mengifisienkan waktu.

4) Sebaiknya ruangan praktikum diberi penyejuk ruangan agar pada saat praktikum mahasiswa tidak mengalami kegerahan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Uchenk.2008.Laporan Fisiologi Harvard.in www.uchenk-korzlet01.blogspot.

com.Last Update Senin, 12 Juli 2010.

2. Firhazona.2008.Tes Harvard.in www.musfirahmad.blogspot.com.Last Update

Senin, 12 Juli 2010.

3. Williams, Lippincott.2004.Medical Physiology.Edisi 2.Indiana:Indiana Universty

School of Medicine Indianapolis

4. Prohealt.2008.Fisiologi Otot dan Jantung.in www.puskesmas-oke.blogspot.com.

Last Update Senin, 12 Juli 2010.

5. Ganong, William F.2008.Fisiologi Kedokteran.Edisi 20.Jakarta:EGC.

6. Guyton, Arthur.2006.Text Book of Medical Physiology.Edisi 11.Cina:Elsevier

Saunders.

7. Despopoulos, Agamemnon.2003.Color Atlas of Physiology.Edisi 5.Jerman:

Georg Thieme Verlag.

8. Odhemila.2008.Laporan Fisiologi Harvard.in www.odhemila.blogspot.com.

Last Update Senin, 12 Juli 2010.

9. Pearce, Everlyn C.2008.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta:

Gramedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar